Jumat, Februari 08, 2008

AQIDAH - Unsur Kekuatan Dalam Islam

|

Kekuatan Aqidah

Iman kepada Allah

Wujud Ketuhanan

1. Semua yang ada di alam semesta ini adalah merupakan bukti yang jelas terhadap adanya Allah. Unsur-unsur perwujudan serta benda-benda alam inipun mengukuhkan pendapat kita bahwa di situ ada Maha Pencipta dan Pengatur.

Kitab Suci Tuhan yakni al-Quran al-Karim, seringkali mengajak kita supaya suka menyaksikan, meneliti serta memikirkan kenyataan ini. Allah berfirman:

' 'Bahwasanya di dalam langit dan bumi itu pasti dapat menjadi bukti akan adanya Tuhan bagi segenap kaum Mukmin. Bahkan di dalam kejadianmu sendiri serta apa saja yang melata dari golongan binatang itupun merupakan bukti pula akan adanya Tuhan bagi kaum yang percaya. Juga dalam pergantian malam dengan siang, demikian pula apa-apa yang diturunkan oleh Allah dari langit yang berupa rezeki, kemudian dengannya (air) itu Allah menghidupkan bumi setelah matinya, bahkan dalam penghembusan angin-angin itupun dapat merupakan bukti-bukti akan adanya Tuhan bagi semua kaum yang suka menggunakan akalnya. "
(al-Jatsiah : 3-5)

2. Di dalam jiwa manusia itu sudah tertanam benih keyakinan yang dapat merasakan akan adanya Allah itu. Rasa semacam ini sudah merupakan fitrah (asal kejadian) yang di atasnya itulah Tuhan menciptakan seluruh manusia sedunia ini. Oleh para alim-ulama hal ini disebutkan sebagai gharizah keagamaan. Renungkan firman-firman Allah ini :

"Hadapkanlah mukamu untuk melaksanakan agama ini dengan patuh, sebab itulah fitrah Allah yang di atas fitrah itu pula Allah menciptakan seluruh manusia ini. Tiada perubahan sedikitpun dalam ciptaan Allah. Demikian itulah agama yang benar, namun sebahagian besar manusia tidak mengerti."
(ar- Rum : 30)

"Di kala Tuhanmu menciptakan keturunan Adam dari punggung (sulbi) orang-orang tuanya dan hal itu dipersaksikanNya pada diri mereka masing-masing, lalu Tuhan berfirman: Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab: Benar, kita menyaksikan bahwa Engkaulah Tuhan kita. Yang sedemikian itu keperluannya agar besok pada hari kiamat jangan sampai kamu semua berkata: Bahwasanya kita terlupa tentang hal ini. Atau kamu akan berkata: Sudah sejak semula nenek-moyang kita telah menjadi musyrik, sedang kita ini anak-cucunya. Jadi kita pun mengikuti mereka. Apakah Engkau akan merosakkan kita dengan sebab perbuatan nenek-moyang kita yang melakukan kesalahan? Hal-hal semacam ini memang Kami (Tuhan) perincikan ayat-ayatnya, agar orang-orang itu suka kembali dari kesesatannya."
(al-A'raf : 172-174)

"Bukankah orang-orang itu sudah diciptakan oleh Tuhan tanpa dari bahan apapun ataukah mereka sudah merasa dapat menciptakan sendiri. Adakah mereka dapat menciptakan langit dan bumi, tetapi mereka tidak mahu meyakinkannya."
(at-Thur : 35-36)

Sehubungan dengan ini, ada sebuah Hadis Sahih yang menjelaskan:

"Setiap anak itu dilahirkan di atas fitrah."

Perasaan jiwa sedemikian ini akan terbangun di kala manusia itu tertimpa oleh sesuatu penggerak yang menyebabkan ia harus sedar, misalnya saja sedang mengalami kesakitan atau sedang menghadapi sesuatu bahaya yang timbul di sekelilingnya. Alangkah tepatnya firman Allah :

"Di kala manusia itu ditimpa sesuatu bahaya, ia pun lalu memohon-mohon pada Kami (Tuhan), baik di waktu tidur, duduk ataupun berdiri. Tetapi di saat Kami telah melenyapkan kesukarannya, ia lalu melakukan apa-apa yang sudah-sudah lagi (kemungkaran dan kemaksiatan) seolah-olah ia tidak pernah memohon-mohonkan pada Kami untuk hilangnya kesukaran tadi.
( Yunus : 1 2)

3. Wujud ketuhanan itu dalam kenyataannya sudah menjelma dalam alam semesta ini, juga dalam nature serta segenap benda dan bahkan di dalam jiwa manusia, sebab rasa kepercayaan sedemikian itu lekat benar dengan jiwa manusia itu, bahkan lebih lekat dan dekat dari dirinya sendiri. Ia dapat mendengar segala permohonannya, mengiakan setiap ia memanggilnya dan juga dapat melaksanakan apa yang dicita-citakannya. Tuhan berfirman :

"Apabila hamba-hambaKu bertanya padamu (Muhammad) zatKu, katakanlah bahwa Aku ini dekat sekali. Aku dapat mengabulkan setiap orang yang berdoa jikalau memohonkan sesuatu padaKu. Maka hendaklah mereka itu mengikuti firman Ku serta beriman padaKu, mudah-mudahan mereka akan mendapatkan petunjuk."
(al-Baqarah : 186)

"Sungguh Kami telah menciptakan manusia dan Kamipun memaklumi godaan hati manusia itu terhadap dirinya sendiri. Bahkan Kami ini lebih dekat pada diri manusia itu daripada urat lehernya sendiri." (Qaf : 16)

Hakikat Zat Tuhan

Hakikat Zat Tuhan itu tidak dapat diketahui, tidak akan dicapai cara pemecahannya dan tidak mungkin dapat diperoleh keputusan terakhirnya, sebab memang fikiran manusia ini tidak dapat mencakup sampai kepada persoalan itu. Mengapa demikian? Kerana sengaja manusia ini tidak diberi oleh Tuhan alat untuk mencapai tujuan tadi. Fikiran manusia dibatasi.

Firman Allah:

"Zat Tuhan tidak dapat dicapai oleh semua penglihatan sedang Ia dapat mencapai penglihatan-penglihatan itu. Ia adalah Maha Halus serta waspada."
(al-An'am : 103)

"Di kala Musa telah sampai pada suatu saat yang Kami tentukan, lalu ia diberi firman oleh Tuhannya. Musa berkata: Ya Tuhanku, sudilah kiranya Tuhan memperlihatkan diri supaya saya dapat melihat padaMu. Kemudian Tuhan berfirman : Tidak sekali-kali engkau dapat melihat ZatKu, tetapi cubalah engkau memandang ke gunung itu. Jikalau gunung itu menetap di tempatnya, maka engkau dapat melihat ZatKu. Setelah Nur Tuhan telah nyata tampak pada gunung itu, maka gunung itu menjadi hancur-luluh sama sekali sedang Musa jatuh tersungkur tidak sedarkan diri. Setelah Musa sedar kembali, ia berkata: Maha Suci Engkau, saya bertaubat dan sayalah pertama-tama orang yang beriman."
(al-A'raf : 143)

Buahnya bermakrifat pada Allah

Apabila seseorang telah benar-benar bermakrifat (mengenal) Tuhannya dengan segenap akal dan sepenuh hatinya, maka hal ini akan menimbulkan buah yang masak lagi nyaman serta akan memberikan bekas-bekas yang lezat dalam jiwanya sendiri. Baiklah kami simpulkan sebahagian dari buah-buahnya itu:

1. Buahnya beriman pada Allah dan bermakrifat dengan ZatNya itu ialah dapat memerdekakan diri dari kekuasaan orang lain, tidak terpengaruh atau terikat oleh siapapun juga, sebab iman yang sedemikian itu menetapkan bahwa hanya Allah sajalah yang Maha Kuasa menghidupkan, mematikan, merendahkan, meninggikan, memberikan celaka atau kemanfaatan, memberi sesuatu atau mencegahnya. Hati yang demikian itu pasti akan meyakinkan bahwa manusia, sekalipun bagaimana juga tinggi pangkat dan darjatnya, tidak mungkin dapat memberikan sesuatu kepada sesama manusia yang oleh Allah akan ditolaknya, juga tidak dapat menghalang-halangi sesuatu yang oleh Allah akan diberikan. Manusia adalah semata-mata makhluk juga seperti dirinya sendiri. Allah berfirman:

"Manusia-manusia itu tidak dapat memiliki dirinya sendiri baik berupa kemadharatan atau kemanfaatan, juga tidak dapat menguasai kematian, kehidupan atau kebangkitannya setelah mati nanti."
(al-Furqan : 3)

Jikalau jiwa seseorang itu telah bebas dari kongkongan orang lain, tentu ia dapat mengusahakan kesempurnaan dirinya sendiri tanpa ada yang merintangi atau menghalang-halangi apa-apa yang menjadi tujuannya.

Al-Quran telah memberikan arah yang tentu yakni kepada tujuan apa manusia itu harus melangkahkan kakinya. Langkah itu dijelaskan :

"Katakanlah: Tahukah kamu semua apa yang kamu puja-puja itu yakni yang selain dari Allah. Kalau sekiranya Allah telah menghendaki diriku beroleh kecelakaan, adakah benda-benda yang kau puja itu dapat melapangkan bahaya-bahaya tadi? Atau sekiranya Allah menghendaki diriku memperoleh sesuatu kerahmatan, adakah benda-benda yang kau puja itu dapat menghalang-halangi kerahmatan yang dilimpahkannya? Katakanlah pula: Allah cukuplah kujadikan sebagai sandaran dan hanya kepadaNya itulah semestinya tempat bersandarnya sekalian orang yang bertawakkal."
(az-Zumar : 38)

Allah s.w.t. berfirman pula :

"Jangan kau puja selain Allah yakni sesuatu yang tidak dapat memberikan kemanfaatan atau kemudhratan padamu. Kalau itu (memuja selain Allah) kau kerjakan, maka benar-benar engkau itu termasuk golongan penganiaya. Jikalau Allah akan menimpakan sesuatu kemudharatan padamu, tentu tidak ada yang dapat melepas-kannya melainkan Dia juga, demikian pula jikalau Allah hendak mengurniakan sesuatu kebaikan padamu, tentu tiada seseorang pun yang dapat menghalang-halangi pemberian kemurahanNya itu. Allah akan memberikan itu kepada siapa saja yang dikehendaki dari sekalian hamba-hambaNya dan Allah adalah Maha Pengampun serta Penyayang."
(Yunus : 106-107)

Bahkan Rasulullah s.a.w. sendiri, sekalipun sudah sedemikian tinggi martabatnya, begitu memuncak darjatnya di sisi Allah, namun masih juga tidak terlepas dari peraturan ini. Beliau tidak menyendiri atau teristimewa sendiri, sebab memang seluruh makhluk manusia ini berasal dari segenggam tanah. Jadi semuanya saja samarata dalam nilai keperibadiannya sebagai manusia. Atas mereka itu hanya berlaku satu macam ketentuan.

Al-Quran menyebutkan:

"Katakanlah wahai Muhammad: Aku ini tidak dapat memiliki diriku sendiri untuk memperoleh kemanfaatan atau kemadharatan, melainkan apa yang telah dikehendaki oleh Allah. Andaikata aku dapat mengetahui apa-apa yang ghaib, tentu aku akan mengusahakan kebaikan sebanyak-banyaknya dan tidak sesuatu kejelekan pun dapat menimpa pada diriku. Tetapi aku ini hanyalah menyampaikan berita yang menakutkan serta yang menggembirakan kepada semua golongan yang beriman." (al-A'raf : 188)

Sebenarnya yang merupakan penghalang kebangkitan, kemajuan serta pemadam dari semangat bercita-cita tinggi itu ialah suka tunduk dan taat pada segala macam kediktatoran, baik yang merupakan kediktatoran dari pihak yang berkuasa atau dari golongan pemimpin dan kepala, mahupun yang datang dari pemimpin-pemimpin keagamaan bagi sesuatu agama. Islam telah menggariskan ketentuan dalam kenyataan ini. Jiwa perbudakan semacam ini tidak dibenarkan oleh Islam, sebab Islam memberikan kemerdekaan penuh kepada setiap manusia dari kekuasaan kaum diktator yang telah mengongkongnya berabad-abad lamanya.

2. Buah keimanan yang mendalam seperti itu ialah akan menimbulkan jiwa berani dan selalu ingin maju. Juga akan meng-anggap mudah terhadap kematian dan berhasrat penuh ingin mati syahid, demi membela yang hak. Hal ini disebabkan kerana keimanan yang semacam itu memberikan kesadaran pada dirinya sendiri bahwa kurnia umur dan usia pendek atau panjang itu semata-mata anugerah Allah belaka. Umur tidak berkurang kerana bersikap maju dan tidak pula bertambah kerana bersikap beku. Bukankah banyak sekali manusia yang mati di atas tilamnya yang amat empuk, sebaliknya tidak sedikit pula manusia yang selamat dari kejaran Malaikat Izrail, padahal ia dalam kedahsyatan marabahaya dan kehebatan peperangan.

Allah s.w.t. berfirman :

"Tidaklah seseorang itu akan mati melainkan dengan izin Allah, menurut catatan yang telah ditentukan."
(ali-Imran : 145)

"Ada segolongan lain yang mementingkan dirinya sendiri sambil sentiasa bersedih hati, mereka mengira yang tidak benar terhadap Allah sebagaimana perkiraannya kaum jahiliah. Mereka berkata: Perkara kalah-menang itu bukanlah urusan kita samasekali. Katakanlah wahai Muhammad: Sesungguhnya semua perkara itu adalah di dalam kekuasaan Allah (bukan hanya soal kalah dan menang saja). Orang-orang itu sama menyimpan dalam hati mereka sesuatu yang tidak dilahirkan di mukamu. Mereka berkata pula: Andaikata Allah itu pasti memberikan pertolonganNya pada kita, tentu tidak akan kita terbunuh di sini. Katakanlah wahai Muhammad: Sekalipun kamu semua ada di dalam rumah-rumahmu, pasti akan keluar pula orang-orang yang telah ditakdirkan mati di tempat kematiannya. Allah memang sengaja hendak menguji apa-apa yang ada di dalam masing-masing dadamu dan bahkan hendak membersihkan apa-apa yang di dalam hatimu. Allah adalah Maha Mengetahui apa-apa yang ada di dalam hati."
(ali-Imran : 154)

"Di mana saja kamu semua berada, pasti akan dijangkau oleh kematian, sekalipun di dalam istana yang tertutup rapat."
(an-Nisa' : 78)

3. Keimanan yang teguh itu pula yang memberikan keyakinan bahwa hanya Allah semata-matalah yang memberikan rezeki. Rezeki tidak dapat diperoleh karena kelobaannya orang yang tamak atau ditolak oleh keengganannya orang yang membenci.

Allah berfirman:

'Tiada sesuatu pun binatang yang melata di bumi, melainkan tergantung pada Allah sajalah rezekinya. Allah Maha Mengetahui tempat hidupnya dan pula tempat setelah matinya. Semua tercatat dalam kitab yang nyata. " (Hud : 6)

"Banyak sekali binatang di bumi yang tidak membawa rezekinya, tetapi Allah sajalah yang memberinya rezeki itu kepada binatang-binatang tadi serta kepadamu semua. Allah adalah Maha Mendengar lagi Mengetahui." (al-Ankabut : 60)

"Allah melapangkan rezeki kepada siapa saja yang dikehendaki dari semua hamba-hambaNya itu dan Dia pula yang menyempitkan rezeki itu padanya. Allah adalah Maha Mengetahui pada segala sesuatu." (al-Ankabut : 62)

Apabila aqidah atau kepercayaan sedemikian ini telah meresap benar-benar dalam jiwa, maka manusia yang memiliki jiwa itu pasti tidak akan dihinggapi sifat kikir, loba, tamak atau rakus. Sebaliknya ia akan bersifat dermawan, suka memberi, membelanjakan harta pada yang baik-baik, penyantun dan pemberi kelapangan pada sesamanya. Ia akan menjadi manusia yang dapat diharapkan kebaikannya dan dapat dijamin tidak akan timbul kejahatannya.

4. Ketenangan adalah merupakan bekas keimanan yakni ketenangan hati dan ketenteraman jiwa.

Firman Allah Ta'ala:
"Orang-orang yang beriman dan tenteram hatinya dengan berzikir kepada Allah. Ingatlah bahwa dengan berzikir kepada Allah itulah maka hati akan menjadi tenteram."
(ar-Ra'ad : 38)

"Dialah (Allah) yang menurunkan ketenangan (Sakinah) dalam hati kaum Mukmin supaya mereka makin bertambah keimanannya di atas keimanan yang sudah ada."
(al-Fath : 4)

Hati apabila telah tenang dan jiwa apabila sudah tenteram, maka manusia yang memilikinya itu pasti akan merasa kelezatan istirahat yang sebenar-benarnya, ia akan dapat mengecap kemanisan keyakinan, tetapi juga tabah dalam menghadapi segala bencana dengan syajaahnya (keberaniannya), marabahaya yang sekalipun bagaimana juga besarnya akan dibereskannya dengan penuh kebijaksanaan. Ia yakin pertolongan Allah pasti akan sampai, sebab hanya Dialah yang dapat membukakan pintu yang tertutup, maka ia tidak perlu mengeluh dan tidak patut untuk bersikap putus asa.

Firman Allah Ta'ala:

"Allah adalah penjamin sekalian orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari alam gelap-gelita (Zulumat) kepada cahaya (Nur), sedang orang-orang kafir itu pelindungnya adalah patung-patung yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada alam yang gelap-gelita. Mereka itulah penghuni neraka dan mereka pasti kekal di dalamnya. "
(al-Baqarah : 257)

5. Keimanan yang teguh dapat mengangkat seseorang dari kekuatan batin kemanusiaan dan mempersambungkannya dengan Zat Yang Maha Tinggi yakni Allah sebagai induk dari segenap kebaikan, kesempurnaan dan kesucian. Dengan demikian, manusia itu akan merasa tinggi lepas dari kebendaan, terhindar dari segala macam syahwat kesyaitanan, merasa kurang memerlukan kelazatan-kelazatan duniawiah. Sebaliknya jiwanya yakin bahwa kebagusan dan kebahagiaan itu hanyalah terletak di dalam kesucian dan kemuliaan serta mengikuti garis yang lurus menurut ketentuan agama. Dari keyakinan ini, ia akan selalu mengarahkan langkahnya ke jalan yang membawa kebaikan untuk dirinya sendiri, untuk bangsa dan ummatnya dan bahkan untuk seluruh manusia semesta alam ini. Di sinilah letaknya rahsia, mengapa segala macam amal saleh itu wajib disertai dengan keimanan, baik amal saleh yang besar mahupun yang kecil, sebab semua amal soleh itu memang bersumber atau bercabang dari adanya keimanan itu.

Allah berfirman:

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka Tuhan akan memberikan petunjuk dengan sebab keimanan mereka itu. "
( Yunus : 9)

`Sesungguhnya Allah pasti memberikan petunjuk kepada semua orang yang beriman pada jalan yang lurus."
(al-Haj : 54)

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah, maka Allah akan memberikan hidayat dalam kalbunya."
(at-Taghabun : 11)

6. Allah menyegerakan kaum Mukmin dengan kehidupan yang baik di dunia ini sebelum mereka pergi ke akhirat.
Jaminan hidup baik yang sedemikian diberikan oleh Allah pada setiap orang Mukmin. Sebab kehidupan baik pasti diberi kekuasaan, diberi hidayat dan dimenangkan di atas semua musuh-musuhnya, dilindungi dari segala sesuatu yang akan membahayakan dirinya, ditolong jikalau hendak tergelincir, dibimbing di kala hendak terperosok. Lebih-lebih lagi dalam hal kebendaan, kekayaan material, Allah pasti akan menghulurkan segala bantuannya, sehingga ia dapat menempuh kehidupannya dengan jalan yang amat mudah dan menggembirakan.

Allah berfirman:

"Barangsiapa beramal saleh, baik ia lelaki atau perempuan, sedang ia adalah orang Mukmin, pastilah Kami akan memberinya kehidupan yang baik dan pasti pula akan Kami beri balasan dengan sebaik-baiknya terhadap apa-apa yang mereka amalkan. " (an-Nahl :97)

"Ditanyakan kepada orang-orang yang bertaqwa kepada Allah: Apakah yang diberikan oleh Tuhanmu. Mereka menjawab: Kebaikan. Memang kebaikan itu adalah bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini, tetapi perumahan di akhirat pastilah lebih baik lagi. Alangkah baiknya perumahan kaum yang bertaqwa kepada Allah."
(an-Nahl : 30)

ALLAH menjanjikan kepada semua orang yang beriman di antara kamu semua serta yang beramal saleh, pasti Allah akan mengangkat mereka sebagai khalifah di bumi, sebagaimana Allah telah mengkhalifahkan orang-orang yang sebelum mereka itu. Juga Allah akan mengekalkan agama mereka yang Dia meredhainya. Selain itu akan diubahnya pula dari keadaan mereka yang dahulunya serba ketakutan menjadi aman sentosa."
(an-Nur : 55)

Allah berfirman pula:
"Bahwasanya Kami pasti akan memberikan pertolongan kepada Rasul-rasul Kami serta orang-orang yang beriman di dalam kehidupan 'dunia ini juga pada hari kiamat, di saat semua saksi akan ditanya."
(Ghafir : 51)

"Andaikata penduduk negeri itu beriman dan bertaqwa pada Allah, pastilah Kami membukakan pintu-pintu keberkatan untuk mereka itu baik yang dari langit, mahupun dari bumi. "
(al-A'raf : 96)

"Mengapa penduduk negeri itu tidak suka beriman, padahal keimanannya itu akan memberikan kemanfaatan kepada mereka sen-diri? Kecuali kaumnya Yunus. Di waktu kaumnya telah beriman, lalu Kami lenyapkan siksa kehinaan yang sangat dari diri mereka itu dalam kehidupan dunia ini, juga Kami limpahi kesenangan sehingga datangnya sesuatu masa." (Yunus : 98)

Rasanya cukuplah sudah pengertian kita mengenai kenyataan-kenyataan keimanan ini, maka tidak perlu lagi kiranya diperpan-janglebarkan dengan mengutip bermacam-macam bukti yang ditulis oleh para alim-ulama yang besar-besar ataupun mencantumkan apa-apa yang mereka saksikan sendiri.

Di sini kami cukupkan dengan memuat sebuah acara yang disiarkan oleh suratkhabar al-Jumhuriah yang terbit pada hari Sabtu tanggal 29 November 1962. Dalam sebuah halaman yang berjudul Kaum cendekiawan menggunakan agama sebagai ubat penyakit otak.

...Benar-benar merupakan suatu ketabahan hati dan kelapangan dada bagi orang-orang yang tetap teguh pada agamanya serta tidak tergoncang keimanannya sekalipun dalam suasana kemajuan yang amat gelap-gulita dan yang sangat menyedihkan ini. Yang kami maksudkan ialah detik-detik yang digunakan oleh kaum propagandis untuk menggembar-gemburkan pendapatnya yang baru. Pokok-pangkalnya ialah pendapat yang berkisar sekitar teori Darwin mengenai pertumbuhan dan perkembangan. Para penganjurnya itu meneriakkan dengan lantangnya bahwa agama adalah suatu hal yang dibuat-buat sendiri oleh manusia, sedangkan manusia itu sebenarnya dapat menguasai keperibadian sendiri di alam mayapada ini, sebagaimana yang diyakini oleh Julian Haxly, nenek seorang pengarang dan filosofi bangsa Inggeris yang kena-maan bernama Dousy Haxly.

Kaum cerdik-cendekiawan yang ahli dalam penyakit otak, kini tidak dapat menemukan suatu senjata yang lebih mujarab atau lebih membekas pengaruhnya untuk mengubati penyakit itu selain daripada agama......yaitu mempercayai akan adanya serta kekuasaan Allah, juga merenung-renungkan betapa besar kerahmatan Tuhan dan berpegang teguh pada perlindungan Ilahi. Demikian pula kepercayaan bernaung pada kekuatan Maha Pencipta yang Maha Hebat ini, sementara itu sudah menjadi jelaslah akan kelemahan sesuatu kekuatan yang selain kekuatan Ilahi tadi.

Percubaan di rumahsakit Ma Heawar, sebuah daerah dalam lingkungan kota New York telah dimulai. Rumah sakit ini khusus untuk para nara pidana yang dihinggapi penyakit otak.

Percubaan itu dimulai dengan cara memasukkan rasa ke-agamaan sebagai suatu cara yang baru untuk pengubatan, di samping memberikan getaran-getaran secara elektris pada tabu-tabu otak atau ubat-ubat penenteramkan jiwa dan penenangkan urat
saraf.

Bagaimanakah hasilnya? Sungguh memuaskan...... Orang-orang yang semula diperkirakan akan sukar diubati atau bahkan
sudah tidak ada harapan untuk dapat disembuhkan samasekali......tiba-tiba telah beralih dari keadaan gila menjadi orang yang dapat menggunakan kembali akalnya, yakni otaknya sudah dapat dikatakan sihat samasekali...... Mereka itu tergolong nara pidana besar yang sudah kehilangan kemahuan, kini sekali lagi dapat menikmati kehidupan ini, dapat menguasai kehendaknya, dapat berfikir dan menyatakan kebaikan atau keburukan. Airmata mereka bercucuran karena perasaan menyesal......dan semuanya dengan sepenuh hati mengharapkan kerahmatan dari langit serta pengampunan Tuhan Yang Maha Esa.

Kini kaum cerdik-cendekiawan itu telah menyerah bulat-bulat sambil menengadahkan tangannya ke langit. Mereka mengakui akan kelemahan dirinya dan dengan tegas mereka mengatakan ke seluruh pelosok dunia bahwa ilmu pengetahuanlah yang menyebabkan timbulnya keimanan dan hal ini samasekali tidak dapat dibantah atau diingkari.

Dan...... anda tentunya tidak perlu lagi memperbanyakkan pembacaan perihal ini, sebab sekiranya anda merasa ketinggalan keretapi, cukuplah anda melangkahkan kaki ke muka, di sana terdapat rumah-rumah Allah, di dalamnya tentulah berisikan kelapangan hati dan ketabahan jiwa!!!

Selamat Datang Di Blog Ini... Mudah-Mudahan Bermafaat Buat Anda... Jika Belum Puas! Silahkan Berkunjung Lagi... Silahkan Tinggalkan Pesan, Kesan dan Saran Anda.... Terima Kasih Atas Kunjungannya.......
my stat Photobucket angkatan unhas Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket bhula Photobucket mukernas bhulla Photobucket bola2
Kembali lagi ke atas